Dalam sebuah konferensi di Doha 2008 silam, ulama dan cendikiawan Muslim mempresentasikan argumentasi ilmiah mereka yang menjelaskan alasan mengapa waktu Makkah pantas untuk dijadikan meridian global. "Menjadikan waktu Makkah sebagai pengganti Greenwich Mean Time, itulah tujuannya," ujar Mohammed Al-Arkubi, general manager dari Royal Makkah Tower Hotel, sebagaimana dikutip Arab News (10/8/2010).
Jam super besar tersebut berada di tower pusat dari proyek Abraj Al-Bait. Jaraknya hanya 50 meter di seberang Masjidil Haram. Jam itu bisa dilihat dari kejauhan 17 kilometer pada malam hari dan 11-12 kilometer di siang hari. Sebuah perusahaan Jerman, Premiere Composite Technologies mendesain jam tersebut. "Jam Mekkah dimulai satu menit setelah 00:00 pagi ini, hari pertama bulan suci Ramadhan," begitu rilis pers dari kantor berita Saudi, SPA (11/08/2010).Di tower tempat jam besar berada juga terdapat Pusat P
engamatan Bulan dan Musium Islam. Jika Royal Clock, nama jam besar itu, memberitahukan waktu-waktu shalat setiap harinya, maka Pusat Pengamatan Bulan dan Musium Islam dipersiapkan untuk melestarikan pusaka Islam untuk generasi mendatang. Pusat Pengamatan Bulan akan dipakai untuk melihat hilal pertanda awal bulan-bulan haram atau suci. Dalam waktu-waktu khusus, cahaya vertikal sebanyak 16 lintasan akan ditembakkan ke langit hingga setinggi 10 km.
Jam yang pembangunannya diprakarsai oleh Raja Abdullah itu ditempatkan pada tower kelima dari Proyek Wakaf Raja Abdul Aziz di ketinggian 380 kilometer. Jam bisa dilihat dari semua arah. Nama-nama Allah dituliskan di masing-masing jam dengan hiasan khas dekorasi Islam.
Dua buah jam yang berseberangan tingginya mencapai 80 meter dan
lebar 65 meter dengan diameter putar 39 meter. Dan dua jam lainnya memiliki
tinggi 65 meter, lebar 43 meter dengan diameter putar 25 meter. Bagi pengunjung
yang datang disediakan 2 buah lift untuk mengantar mereka naik ke balkon yang
jaraknya hanya 5 meter
di bawah jam.
Proyek yang dilaksanakan oleh Proyek Wakaf Raja Abdul Aziz, yang bertanggungjawab atas pemeliharaan Masjidil Haram itu, merupakan salah satu proyek terbesar di dunia. Dengan total area garapan 1,4 juta meter persegi. Didesain dengan menggunakan arsitekur Islam, proyek terdiri dari pembangunan 6 buah tower yang mencakup 6.000 unit hunian dengan biaya investasi 6 milyar riyal atau sekitar 1,6 milyar dollar.
Di dalam kompleks Abraj Al-Bait juga dibangun hotel berlantai 76. Bangunan towernya akan menjadi bangunan yang lebih tinggi 59 meter dari Taipei 101 Tower di Taiwan, namun 251 meter lebih rendah dari Burj Khalifa di Dubai, yang sekarang menjadi pencakar langit tertinggi di dunia.
Proyek yang dilaksanakan oleh Proyek Wakaf Raja Abdul Aziz, yang bertanggungjawab atas pemeliharaan Masjidil Haram itu, merupakan salah satu proyek terbesar di dunia. Dengan total area garapan 1,4 juta meter persegi. Didesain dengan menggunakan arsitekur Islam, proyek terdiri dari pembangunan 6 buah tower yang mencakup 6.000 unit hunian dengan biaya investasi 6 milyar riyal atau sekitar 1,6 milyar dollar.
Di dalam kompleks Abraj Al-Bait juga dibangun hotel berlantai 76. Bangunan towernya akan menjadi bangunan yang lebih tinggi 59 meter dari Taipei 101 Tower di Taiwan, namun 251 meter lebih rendah dari Burj Khalifa di Dubai, yang sekarang menjadi pencakar langit tertinggi di dunia.
Jika rampung, menara jam itu akan menjadi yang tertinggi di
dunia. Lebih tinggi dari Palace of Culture and Science di Warsawa, Polandia;
Big Ben di London; Rajabai Clock Tower di Mumbai, India dan Allen-Bradley Clock
Tower di Milwaukee, AS.
Proyek ini merupakan bagian dari upaya untuk memodernisasi kota tua Saudi dan membuatnya lebih mampu melayani jamaah haji. Sekitar 2 juta Muslim mengunjungi kota ini setiap tahunnya untuk menunaikan ibadah haji, dan diperkirakan sebanyak 3,5 juta orang dari negara lain mengunjungi Mekah pada waktu lainnya, salah satunya untuk umrah.
Proyek ini merupakan bagian dari upaya untuk memodernisasi kota tua Saudi dan membuatnya lebih mampu melayani jamaah haji. Sekitar 2 juta Muslim mengunjungi kota ini setiap tahunnya untuk menunaikan ibadah haji, dan diperkirakan sebanyak 3,5 juta orang dari negara lain mengunjungi Mekah pada waktu lainnya, salah satunya untuk umrah.
Sementara beberapa penduduk Mekah bersikap kritis terhadap jam
besar ini. Ternyata salah satunya karena kompleks ini dibangun di atas tanah
yang pernah ditinggali oleh sebuah Benteng Usman.
"Saya pikir mereka mencoba untuk melakukan banyak
pengembangan mewah di sekitar Masjid Agung, membuatnya lebih modern," kata
Lina Edris, yang sering mengunjungi Mekah. "Namun, ternyata menara jam ini
lebih tinggi daripada menara Masjid Agung, yang jelas akan menarik perhatian
padahal masjid lebih penting." tambahnya. (Arab News, hidayatullah.com,
eramuslim.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar